14 Pemimpin Negara Tandatangani Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik
2 min read
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Kamis (16/11), memuji perjanjian ekonomi baru di antara 14 negara Asia Pasifik untuk melawan dominasi ekonomi regional China. Ia menyatakan bahwa perjanjian yang ditandatangani para pemimpin terhadap pertemuan puncak ekonomi regional itu – yang bukan merupakan perjanjian perdagangan formal – akan menanggulangi masalah-masalah utama seperti kekurangan semikonduktor terhadap masa depan bersama dengan meningkatkan ketahanan rantai pasokan.
Tujuan pakta baru ini, kata 14 pemimpin dalam pernyataan bersama dengan itu, adalah “mempromosikan hak-hak pekerja, meningkatkan kapasitas kami untuk mencegah dan merespons problem rantai pasokan, memperkuat kolaborasi dalam transisi menuju ekonomi bersih, dan memerangi korupsi dan meningkatkan efisiensi administrasi perpajakan.”
Biden, yang bicara terhadap Kamis di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco, mengakui bahwa para negosiator gagal capai konsensus berkenaan pilar utama Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik th. lalu.
“Masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan, tetapi kami sudah memicu kemajuan besar,” katanya. “Dalam saat singkat kami sudah capai konsensus berkenaan tiga pilar IPEF.” IPEF memiliki empat pilar, yang dirangkum sebagai perdagangan, rantai pasokan, daya dan infrastruktur yang ramah lingkungan, dan juga pajak dan antikorupsi.
Baca juga:
Starbucks Indonesia Bantah Tudingan Pro Israel
Biden terhitung menginformasikan program kerja sama bersama dengan bisnis pemula untuk meningkatkan modal. Upaya berikut didasarkan terhadap Kemitraan Amerika untuk Infrastruktur dan Investasi Global (US Partnership for Global Infrastructure plus Investment), yang dipandang sebagai jawaban Amerika atas Inisiatif Sabuk dan Jalan China. Dalam menyoroti rancangan tersebut, Biden terhitung menekankan pentingnya sektor swasta.
Kritikus menilai perjanjian ekonomi baru itu tidak memiliki ketentuan akses pasar. “Untuk negara seperti kami, setidaknya kami harus memiliki akses pasar,” kata CEO Anindya Bakrie kepada VOA di sela-sela pertemuan puncak itu.
Joshua Kurlantzick, peneliti senior untuk Asia Tenggara di Dewan Hubungan Luar Negeri, menyatakan kebanyakan negara di Asia Tenggara bersikap “hangat-hangat kuku” terhadap kesepakatan tersebut.
Intinya, katanya, adalah “Ini bukan kesepakatan perdagangan, dan Amerika tidak menawarkan akses pasar apa pun di IPEF. Dan negara-negara Asia Tenggara bisa membandingkan ini bersama dengan perjanjian perdagangan aktual yang sudah disahkan di Asia dalam tujuh th. terakhir, terhitung perjanjian perdagangan besar yang melibatkan China, Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara besar lain, dan juga melibatkan ASEAN.”
Namun, katanya, “mereka tidak akan menyatakan kepada Amerika yang sudah bergabung bersama dengan IPEF dalam beberapa th. ini bahwa kami menolak. Mereka ramah dan dambakan kehadiran keamanan Amerika yang lebih besar.”
Siobhan Das, Direktur Eksekutif Kamar Dagang Amerika-Malaysia, memberikan pandangan yang berbeda. “Saya jadi percaya bahwa perjanjian ini sudah berhasil,” katanya. “Ada 14 negara yang saling bicara dalam 18 bulan ini. Apakah itu tidak berhasil?”
Zack Cooper, pakar trick Amerika di Asia di American Enterprise Institute, menyatakan kepada VOA terhadap Kamis, saat 14 pemimpin itu tersenyum dan berfoto, “semua orang setuju bahwa kerangka ekonomi Indo Pasifik itu barangkali adalah yang terbaik yang akan dikerjakan pemerintahan Biden saat ini.
Namun, itu tidak artinya bahwa mereka senang bersama dengan IPEF atau mereka akan senang bersama dengan versi IPEF yang mereka dapatkan di APEC, yang tidak termasuk perdagangan,” katanya. “Jadi, itu barangkali lebih baik daripada tidak sama sekali.”